Stop Kekerasan Gender Berbasis Online Terhadap Jurnalis Perempuan, Workshop FJPI Kupas Tuntas KGBO

Manado, viralberita.net — Meningkatnya kasus Kekerasan Berbasis Gender Online (KGBO), Forum Jurnalis Perempuan Indonesia (FGPI) Sulawesi Utara Menggandeng Southeast Asia Freedom of Expression Network ( SAFEnet) menggelar Workshop Stop KGBO untuk Jurnalis perempuan di Hotel Wizh Prime yang berlangsung 2 hari 28-29 Juni 2024.
Kegiatan yang berlangsung seru menghadirkan narasumber Ketua Ikatan Psikolog Klinis Indonesia wilayah Sulawesi Utara Hanna Monareh, MPSI. PSIKOLOG dihari kedua. Dalam penjelasan menyampaikan, kita semua berpotensi menjadi korban Kekerasan Berbasis Gender Online (KGBO). KGBO adalah suatu perbuatan yang berakibatkan kerugian secara seksual, fisik dan psikologi di ruang media online. Pelakunya adalah keluarga, kerabat, teman dekat dan orang yang baru kenal.
“1 dari 3 perempuan di seluruh dunia menjadi korban kekerasan fisik dan seksual (UN Women, 2021), ” ucap Manoreh.
Dikatakan Tenaga ahli khusus Psikologi klinis UPTD PPA Sulut ini, kategori KGBO ialah pertama,pelanggaran privasi, mengakses, menggunakan, memanipulasi dan menyebarkan data pribadi, foto atau video, serta informasi dan konten pribadi tanpa sepengetahuan dan tanpa persetujuan.
“Pelanggaran privasi berupa Doxing atau menggali dan menyebarkan informasi pribadi seseorang, kadang-kadang dengan maksud untuk memberikan akses untuk tujuan jahat misal pelecehan atau intimidasi di dunia nyata masuk kategori KGBO, ” ucap Dokter Psikologi RSUD Prof Kandouw Manado ini.
Selain itu, Pelecehan/pelecehan online ialah Online harassment, pelecehan berulang-ulang melalui pesan, perhatian, dan / atau kontak yang tidak diinginkan, Ancaman langsung kekerasan seksual atau fisik, Komentar kasar, Ujaran kebencian dan postingan di media sosial dengan target pada gender atau seksualitas tertentu, Penghasutan terhadap kekerasan fisik, konten online yang menggambarkan perempuan sebagai objek seksual, penggunaan gambar tidak senonoh untuk merendahkan wanita, Menyalahgunakan, mempermalukan wanita karena mengekspresikan pandangan yang tidak normatif.
Ditambahkan juga, kategori KGBO berupaAncaman dan kekerasan langsung, Perdagangan perempuan melalui penggunaan teknologi, termasuk pemilihan dan persiapan korban (kekerasan seksual terencana), pemerasan seksual, pencurian identitas, uang, atau properti, Peniruan atau impersonasi yang mengakibatkan serangan fisik.
Bahkan, Serangan yang ditargetkan, Meretas situs web, media sosial, atau email organisasi dan komunitas dengan niat jahat, Pengawasan dan pemantauan kegiatan, Ancaman langsung kekerasan, Pengepungan (mobbing), khususnya ketika memilih target untuk intimidasi atau pelecehan oleh sekelompok orang, daripada individu, Pengungkapan informasi yang sudah dianonimkan, seperti alamat tempat penampungan.
“Dampak dari KGBO adalah cemas, ketakutan, depresi bahkan bunuh diri. Melakukan keterasingan sosial, menarik diri, perasaan malu, hilang rasa percaya diri dan kerugian ekonominya menjadi pengangguran, mobilitas terbatas dan self Censorship (pasrah), ” ujarnya.
Workshop yang dipandu pengurus FJPI pusat Diana Saragih dan Anggi Nasution berharap melalui workshop ini teman-teman jurnalis perempuan yang ada di Sulawesi Utara bisa lebih memahami dan juga bisa membawa ke masyarakat di lingkungan sekitar dan juga bersama edukasi juga masyarakat tentang bahaya dari KGBO.
Ketua FJPI Sulut Susan Palilingan mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang terlibat. Baik itu pengurus FJPI pusat, FJPI Sulut, para pemateri dan juga seluruh peserta.
Ia berharap kegiatan ini bisa menambah ilmu dan wawasan para Jurnalis Perempuan di Sulut untuk lebih berhati-hati dan bijaksana menyikapi kemajuan teknologi.
Ia memastikan, kedepannya kegiatan seperti ini akan terus dilakukan, agar para Jurnalis Perempuan bisa memahami berbagai perspektif untuk menunjang pembuatan sebuah berita. “Terima kasih untuk semua pihak yang terlibat. Semoga kegiatan seperti ini akan terus digelar dengan peserta yang lebih banyak,” tutup Palilingan.
(Deibby Malongkade)