Berita Terkini

KOLINTANG DAN APRESIASI DUNIA

Minut, viralberita.net — Alat musik tradisional Minahasa Kolintang kini resmi terdaftar dalam daftar representatif sebagai warisan Budaya Tak Benda (WBTb) Kemanusiaan oleh United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO).

 

Kolintang sebagai warisan budaya yang diakui dunia resmi ditetapkan dalam sidang ke-19 Session of the Intergovernmental committee intangible Cultural heritage (ICH) di Parguay (5/12/22024).

 

Capaian yang luar biasa ini tidaklah mudah. Dengan menarik benang merah Pengajuan Kolintang ke UNESCO kita semua menjadi sepakat dengan mekanisme yang dipilih yaitu perluasan atau extension.

Sebuah kejujuran jika dikatakan ini melewati dinamika dan merupakan keberhasilan semua pihak yang tak kenal lelah memperjuangkan Kolintang go to Unesco, yakni komunitas kolintang se-Indonesia yang dikenal dengan PINKAN Indonesia, musisi, perajin hingga praktisi budaya untuk menghidupkan budaya berkolintang dalam alat musik Kolintang agar keberlanjutan alat musik ini terus terjaga.

 

Dikatakan Tim 5, Ketika Kolintang sudah terdaftar sebagai WBTb Nasional melalui Pengajuan Pemerintah Kabupaten Minahasa Utara lewat Disbudda Sulawesi utara maka pada tanggal 16 Desember 2013 Kolintang telah ditetapkan dalam daftar WBTb Nasional.

 

Sejak tahun 2013 Kolintang melalui Organisasi PINKAN Indonesia mencanangkan slogan “Kolintang Goes To UNESCO” yang adalah cita-cita bersama untuk dapat mendaftarkan Kolintang pada daftar Representative List ICH UNESCO.

 

Konon Segala upaya dilakukan tanpa meletakan dasar utama yaitu, strategi perjuangan. Kolintang dibuai dengan romantisme intrinsiknya. Bergiat, melakukan berbagai ekspedisi dalam dan luar negeri dan begitu banyak proyek yg diciptakan mengatasnamakan Goes to UNESCO.

 

Seiring perkembangan terlahirlah beberapa tim pengajuan yang datang dari ibu kota ke daerah asal. Beberapa kali audiensi dengan Gubernur dan jajarannya. Sempat dengan sedikit mengabaikan strategi pengajuan yang harus berlandaskan pada pemahaman yang kuat tentang operational directives yang disediakan oleh UNESCO. Berbagai cara pun ditempuh hingga Bolak-balik dari ibu kota ke Sulut dan dengan penjelasan yang rancu, dan membuat Pemerintah Provinsi Sulut pun bingung dan memilih untuk pasif saja.

 

Namun, upaya terus dilakukan atas dasar saling hormat terhadap pemangku kepentingan dalam pengajuan tersebut, melalui Kadisbudda Ferry Sangian ketika itu dan berlanjut kepada Ir. Janny Lukas, tetap mendapat dukungan pemerintah daerah untuk membentuk Tim dan bertindak sebagai jembatan informasi Kemendikbudristek dengan Pengusung yaitu Komunitas Kolintang PINKAN Indonesia.

 

Terakhir kata Lidia Katuuk, Kadis Janny Lukas menerima masukan PINKAN Indonesia dan Sanggar Limeka sebagai pendamping PINKAN dalam cikal bakal melahirkan TIM 5.

“Saya sendiri (Lidya Katuuk) diberikan tugas oleh Pak Lodewyk Pusung untuk membantu PINKAN Indonesia dalam melakukan riset yang mendalam tentang prosedur pengajuan. Saya kemudian digabungkan dengan tim 5 sebagai sortiran dari tim-tim sebelumnya.

Situasi di daerah mulai memperbincangkan pro dan kontra, dengan kurangnya informasi jelas yang beredar tentang pengajuan alat musik asal Minahasa ini. Demikian banyak muncul spekulasi-spekulasi dari berbagai kalangan dan organisasi kebudayaan yang memandang bahwa pengajuan ini tidak tepat dilakukan secara multinasional. Kendatipun hasil seleksi Kementerian terkait menyatakan Kolintang harus dilakukan secara bersama dengan negara lain, karena ekspresi budaya serupa ada di beberapa negara.

 

Dengan adanya pemahaman yang pro kontra antara pengajuan tunggal dan jointly Submission (multinasional) maka, pada saat itu, Pemimpin Daerah memerintahkan untuk “Diam” dengan maksud, biarlah tidak ada yang meributkan/mempermasalahkan tentang perdebatan Multinasional dan pengajuan tunggal.

 

Para petinggi organisasi terhimpun dan Komunitas, kemudian bersatu padu mengawal jalannya proses. Para pembina PINKAN Indonesia turun gunung melalui rapat-rapat koordinasi baik online maupun offline.

Proses pemberkasan dilakukan terus oleh Tim yang baru yaitu tim 5 yang adalah bentukan dari PINKAN-LIMEKA-DISBUDDA SULUT.

 

Tim 5 bekerja sesuai timeline dan penguasaan penuh pada Operational Directives. Tim 5 yang diketuai oleh Lidya Katuuk juga merangkap sebagai mediator antar pihak pendukung jalannya proses.

 

Proses berjalan selama 2 tahun lamanya, menyiapkan dokumen pendukung, film dokumenter, audio-visual, foto-foto, tulisan-tulisan terpublikasi sampai jurnal melengkapi pengisian dossier. Selama itu jualah begitu banyak pihak mendukung mulai bermunculan. Kali ini dengan niat yang murni. Kemendikbud ristek melalui Dirjen Hilmar Farid beberapa kali datang mengunjungi Sulut memastikan bahwa Kolintang adalah budaya yang masih hidup di tanah Minahasa. Dengan demikian itulah bentuk kontribusi Pemerintah Pusat dalam hal ini Dirjenbud dan Pemerintah Daerah terhadap kelancaran proses pengajuan.

 

PINKAN Indonesia yang adalah leader dalam pengusungan Kolintang untuk diinskrispsi di UNESCO berjuang sepenuhnya dengan memfasilitasi Tim 5. Sanggar Limeka oleh Mayjen (Purn) Lodewyk Pusung, memastikan bahwa Tim 5 bekerja ‘on the track’ mengawal dari segala kemungkinan penyimpangan. Pusung berpesan, agar upaya ini jangan dijadikan proyek. Maka, semua terlaksana dengan mendapatkan dukungan yang luar biasa.

 

Berikut adalah Tokoh kunci kesuksesan Kolintang go to UNESCO :

Prof Marsetio (Yang merancangkan strategi pengusulan), Purnomo Yusgiantoro dan Isteri (Founder PINKAN Indonesia), Prof. Ismunandar (Soko Guru), Ketua PINKAN Indonesia Penny I. Marsetio (Filantropi), Mayjen TNI (Purn) Lodewyk Pusung (Pengarah tim 5), Franki Raden (Etnomusikolog), Dwiki Dharmawan (Musisi), Sekjen Nanny S. Yang dengan setia mendampingi Ketua Umum dalam memenuhi kebutuhan tim, Para Pelatih dan Para Pewaris di Minahasa, Masyarakat Budaya di Minahasa yang menginginkan Kolintang untuk mendapatkan perhatian dunia melalui UNESCO.

 

“Itulah bagaimana perjalan dari proses pengajuan Kolintang sampai dapat terenkripsi dalam daftar UNESCO. Terima kasih untuk semua pihak yang telah mendukung terlaksananya capaian besar bagi elemen budaya Minahasa. Kami tidak dapat menyebutkan satu per satu, apabila ada yang terlewatkan, mereka yang telah berjuang untuk capaian mulia ini, saya sampaikan Banyak Terima Kasih, cita-cita kita bersama telah tercapai yaitu Kolintang telah diakui di mata dunia, ” ujarnya sambil menyampaikan berbisik ini catatan kecil saja dari sejarah pelestarian budaya Minahasa. (*)

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button